7/24/11

Part 24

"Stanley? Jadi ia tahu semua permainanmu ini?" kekecewaan terbesit dalam hatiku.
"Kamu tahu Ca.. Kalau aku memilih Jason, aku bisa mendapatkannya dari dulu, bahkan sebelum ia bertemu denganmu... Aku tidak perlu  menunggu saat seperti ini.."
Ia tak memperdulikan pertanyaanku.. Ia membalikan tubuhnya, menatap keluar. Gerimis tampak menyirami kota Jakarta.
"Tapi aku tidak pernah melakukannya karena aku tahu tidak pantas memilikinya setelah apa yang aku lakukan padanya.. Bahkan setelah pertunangan itu dibatalkan sekalipun."
"Apa yang terjadi waktu itu?""
"Tunanganku menghubungiku. Ia mengatakan, ia tidak bisa menikahiku karena ia mencintai perempuan lain.. Aku marah sekali. Bukan marah karena perempuan lain itu tapi karena ia memberitahuku di saat aku telah meninggalkan dan menyakiti Jason... Aku tidak pernah mencintai tunanganku.. Melihatnya pun aku belum pernah.. Aku melakukan semua itu dulu semata-mata karena orang tuaku yang pernah berhutang budi kepada orang tuanya. Seperti cerita Siti Nurbaya ya?" ia tertawa sinis.
"Semenjak itu, aku hanya bisa menyesal. Bertemu dengan Jason pun rasanya aku sudah tidak punya muka. lalu aku dengar cerita tentangmu.. Sejujurnya, aku iri setengah mati sewaktu Jason melamarmu. Aku ingin menghancurkan hubungan kalian..."
"Jadi kamu yang mengatur agar Jason mendengar lagi kabar tentangmu?" tanyaku geram. Ia mengangguk.
"Awalnya aku puas.. Aku berhasil membuat Jason teringat akan diriku, membuat keyakinan goyah.. Namun aku salah.. aku malah semakin menyadari cintanya sewaktu ia kehilanganmu. Aku kalah.." suaranya terdengar parau.

"Lalu bagaimana kamu bisa datang ke San Fransisko dan bertemu denganku? Apakah ada hubungannya dengan Stanley?" tanyaku cepat. Entah kenapa, aku lebih ingin tahu tentang hubungan Stanley dengan semua hal ini ketimbang masalah Jason...
Ia menggeleng. "Awalnya itu kebetulan.. Tampaknya kita memang berjodoh, Bianca... Kita memang harus bertemu... kalau tidak, aku tidak akan pernah merasa setenang ini melepaskan Jason.."

"Kapan Stanley tahu tentang ini?"
"Malam ketika ia menjemputku untuk makan di rumahmu." Aku menghampiri Sarah. Berdiri di sampingny, kami berdua sama-sama menatap keluar.
"Saat itu aku baru merasa pasti bahwa kamu adalah Bianca yang dicintai Jason. Ketika mengetahuinya, aku rasanya ingin menghilang saat itu juga. Aku tidak ingin bertemu denganmu. Cemburu, marah, sedih dan perasaan bersalah semuanya bercampur aduk..." ia mendesah.
"Lalu?"
"Lalu Stanley mengucapkan sesuatu yang merubah semuanya.."
"Apa itu?"
"Mencintai seseorang tidaklah cukup.." Ia berhenti sebentar, memainkan gelasnya lalu meneguk minumannya lagi.
"Cintaku takkan pernah membahagiakan Jason... Justru dengan membantunya menjadi bahagia, aku bisa buktikan cintaku padanya, sekalipun ia tidak pernah tahu.." suaranya mulai bergetar.
"Karena aku begitu mencintainya.. Hati ini terlalu sakit.. Maafkan aku Bianca.. Aku tadinya berjanji pada diriku untuk memberi kalian berdua senyum restuku tapi aku tak akan bisa... Tapi percayalah.. aku rela.." ia mengusap air mata dari pelupuk matanya. Aku bisa melihat cintanya yang tulus.. Penderitaan yang mengalir bersama air matanya..
 




0 komentar:

Post a Comment