"Ca, gaun buat besok sudah disiapin?" tanya Stanley ketika ia masuk ke kamarku.
"Bingung nih Stan.. Gaunku nggak banyak.. Pilihin donk.." aku menunjuk ke lemari baju tempat aku menyimpan semua gaun pestaku. Stanley langsung menyortir isi lemari tersebut.
"Aduh Ca... seleramu jelek banget sih... Harusnya kita beli pas shopping sama mama kamu kemaren.." ucapnya setengah mengomel. Aku hanya tersenyum mendengar komentarnya.
"Eh, yang ini bagus... simple tapi anggun.." Stanley mengeluarkan sebuah gaun danmenunjukkanya padaku. Aku terdiam.. Gaun itu... "Itu gaun pertunanganku dulu Stan.." sahutku pelan.
Raut wajah Stanley langsung berubah. Hening sesaat... Lalu raut wajahnya kembali ceria, "Ya nggak pa-pa.. Sekalian sebagai tanda bahwa kamu jadi tunangan dia lagi.." sambungnya setengah bercanda.
"Norak ah.." balasku dengan senyum di paksakan.
Stanley mengembalikan gaun itu ke tempatnya. Ia lalu menghempaskan dirinya duduk di sebelahku. "Jangan bete gitu donk.." ia mencoba membuatku tersenyum.
"I'm ok, Stan.." aku menyandarkan kepalaku di bahunya. Ia berbalik menyadarkan kepalanya di atas kepalaku.
"Gini aja.. Besok kita coba cari gaun yang bagus yah tapi aku yang pilihin.. Dijamin nggak kalah dari gaun pilihan dia deh.." Aku hanya mengangguk tak bersemangat.
Aku hanya berharap aku dapat melewati semua ini secepatnya.. itu saja.. Saat itupun tiba. Mobilku berhenti di depan pintu lobby utama hotel megah itu. Aku turun ragu-ragu. Aku bisa merasakan jantung ini berdebar kencang. Bodoh sekali. Tidak lama Stanley sudah berdiri disampingku. Ia menggandeng tanganku.. mau tidak mau kulangkahkan kakiku.
Grand ballroom itu sudah cukup ramai. aku memang sengaja datang agak sedikit terlambat. Dengan ada banyak orang, aku berharap Jason tidak melihatku. Aku yang ingin melihatnya duluan. Dan perkiraanku tak meleset...
Aku menangkap sosoknya di tengah kerumunan orang. Ia sibuk berjalan sambil sesekali berhenti dan berbicara dengan beberapa pegawai hotel, tampaknya memberi instruksi kepada mereka. Terkadang ia juga menyapa tamu dan berbincang sebentar. Aku bisa melihat wajahnya begitu jelas. Ia tidak banyak berubah.. Ia masih tampan seperti dulu. Tubuhnya masih tegap dan tinggi menjulang. Sosok pria yang benar-benar sempurna. aku bisa merasakan diriku sendiri bergetar saat itu. Aku terus mengikutinya, dan lupa bahwa aku telah meninggalkan Stanley sendirian.
Mataku terus terpaku pada dirinya sampai aku melihat sesuatu yang lebih menarik perhatianku. Sarah... Ia melambaikan tangannya padaku, mengisyaratkan untuk datang ke sana. Ia berdiri tak jauh dari Jason. Aku tak ingin Jason melihat Sarah jadi aku buru-buru menghampiri wanita itu.
"Kita bicara di luar saja..."
Tanpa menunggu jawabannya, aku langsung melangkah ke luar. Aku memilih tempat yang agak sepi, berhenti dan membalikkan tubuhku. Ia tepat berada di hadapanku. Tersenyum.. Senyumannya terlihat bagus dan tulus.. Namun pandangan matanya kosong, hampa..
"Kenapa kamu tidak menghampirinya? Kenapa hanya memandangi dari jauh?" tanyanya seraya berjalan mendekatiku lalu menyandarkan dirinya di kaca yang menjadi pembatas gedung ini dengan dunia di luar sana.
"Kamu sendiri?" tanyaku.
"Aku memang tidak akan menghampirinya.." ia meneguk minumannya.
"Lalu untuk apa kamu kesini?" tanyaku sambil kesal dan bingung. Ia tersenyum.
"Untuk melihat kebahagiaan kalian.." Ia menatapku tepat di bola mataku. Nada suaranya begitu tenang...
"Aku nggak ngerti..."
"Aku tahu kalian saling mencintai. Aku ingin melihat kalian bersatu.." kali ini ia mengucapkannya begitu pelan.. begitu ragu-ragu.
"Kamu jangan membohongiku lagi.." aku mendesah kesal, muak dengan sikap pura-puranya.
"Aku tahu kamu pasti membenciku.. kalau tidak begitu, kamu tidak mungkin kemari kan?" ucapnya penuh arti.
Aku tersentak. Aku menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya.
Permainan apa lagi ini?
"Maafkan aku.. Hanya itu satu-satunya cara untuk membuatmu mengambil keputusan. Apakah kamu tidak bosan hidup dengan ketidakpastian?" sambungnya tanpa menunggu jawabanku. Aku berupaya mencerna kata-katanya.
"Apa untungnya bagimu?" tanyaku akhirnya.
"Tidak ada.. Hanya merugikanku.."
"Lalu kenapa kamu melakukannya?"
"Stanley.." jawabnya singkat.
0 komentar:
Post a Comment