Weekend yang aku tunggu-tunggu pun tiba. Aku tidak sabar ingin bertemu dengan namanya Sarah yang selama ini membakar kecemburuan dalam diriku. Sarah yang selama ini ingin melupakan Jason selamanya. Ia muncul di hadapanku. Tepat seperti yang aku bayangkan, ia begitu cantik... Jika ia adalah Sarah yang selama ini aku ingin temui, maka tidak salah Jason begitu tergila-gila padanya. Tubuhnya begitu sempurna, membuatku merasa minder seketika itu juga. Semua gerak-geriknya begitu sopan dan feminim, mencerminkan wanita yang sesungguhnya... Jika aku bukan wanita, mungkin aku juga akan jatuh cinta padanya... Ketika Stanley meninggalkan kami berdua saja, kuberanikan diri untuk memancing-mancingnya menceritakan masa lalunya.
"Kamu berapa lama rencananya di sini?" tanyaku membuat percakapan.
"Sampai semua tempat yang sudah aku kunjungi.." jawabnya sambil menyibakkan rambut panjangnya yang berwarna kecoklatan ke belakang dan tersenyum manis padaku.
"Kalau kamu? Apa sudah pasti menetap di sini?" Aku menggelengkan kepalaku.
"Rasanya aku harus kembali ke Jakarta." "Oh.. udah ada yang nungguin di sana yah?" senyumnya nakal. Kebetulan... pikirku. "Wah.. nggak ada lah.. Emangnya kamu ada yah?" Air wajahnya berubah sedikit, terlihat agak sedih. "Tidak ada yang menungguku..." jawabnya... misterius...
Aku terdiam, otakku berputar keras, mencari pertanyaan lain yang bisa aku ajukan padanya.
"Kenapa kamu ama Stanley nggak pacaran aja? kalian kelihatannya cocok sekali..." Ia berbicara lagi.
Aku tertawa. "Stanley dan aku sudah seperti kakak adik. Kami nggak mungkin pacaran..."
"Atau apakah karna kamu masih mencintai orang lain?" tanyanya, tidak dengan nada yang terlalu serius.
Aku terhenyak. Tidak kusangka ia akan bertanya hal seperti itu pada perjumpaan pertama kami walaupun aku tahu ia tidah bersungguh-sungguh dengan pertanyaannya.
Ia tersenyum. "Tidak perlu dijawab. Aku sudah tahu jawabannya..." Aku menatapnya heran. Ia tidak membalas tatapanku.
"Kalau kamu?" tanyaku "Aku? semua orang pasti memiliki seseorang yang dicintai..." kini ia menatapku. Tatapan matanya begitu tajam, namun indah.. "Oh... jawabku kikuk.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kamu bisa kenal dengan kakaknya Stanley?" tanyaku, mencoba mengalihkan pembicaraan. Mungkin lain kali baru aku coba membahas hal ini lagi.
Kami berkenalan waktu aku sekolah di Sidney." Jantungku mulai berdetak cepat. "Oh ya, kapan kamu lulus?" "Aku tidak pernah lulus kuliah... Aku harus menikah." matanya menerawang.
Ia lalu tertawa kecil. " Jangan pikir aku menikah karna sudah hamil dulian yah.." "Kalau begitu, kenapa kamu menikah?" "Dijodohkan.." Tidak salah lagi... Dia pasti adalah Sarah mantan kekasih Jason.
Belum aku sempat bertanya lagi, Stanley sudah muncul. Percakapan kami terputus...
0 komentar:
Post a Comment