7/22/11

Part 17

Setiap aku sakit, Stanley-lah yang mengajaku. Seperti yang ia lakukan sore ini. Ia tahu aku agak tidak enak badan sehingga harus pulang lebih cepat dari kantor. Ia langsung berbelanja bahan-bahan untuk memasakkanku makanan, sesuatu yang sangat sering ia lakukan.
Stanley bukan hanya sahabatku, ia juga adalah saudaraku. Aku sering memanggilnya, 'my sister' karena ia lebih cerewet dari mamaku sekalipun. Kalau sudah begitu ia pasti pura-pura marah dan mulai bersikap sok seperti gentlemen. Tapi itu tidak pernah bertahan lama. 
"Biancaaaaa..." Kudengar ia berteriak memanggil namaku. Kulihat jam weker di samping tempat tidurku. Sudah 30 menit berlalu, ia pasti sudah selesai masak. Stanley adalah koki tercepat dan terhebat yang pernah aku kenal. Tidak ada yang bisa menyaingi masakannya.
Waktu aku keluar dari kamar, kulihat ia sedang menata piring di meja makan. Aku segera menghampirinya dan membantunya. 
"Ini ravioli dengan cheese cream-nya tuan putri..." ucapnya sambil menghidangkan makanan kesukaanku itu. Seperti biasa, Stanley tidak langsung makan. Ia selalu menyalakan musik. Katanya, kalau sambil mendengarkan musik yang romantis, makan apapun akan jadi enak. Malam ini ia memasang lagu First Love-nya Nikka Costa.

"Stan, malam ini kamu nggak jemput kakakmu?" tanyaku sewaktu ia sudah duduk bersama-sama di meja makan. "Tadi dia juga pulang cepet soalnya mesti jemput temennya yang baru datang dari Jakarta."
"Oh ya? Kenalin donkk. cewek atau cowok?" "Eh...ganjennya kumat nih anak. Yang ini cewek, pokoknya jatahku" balas Stanley tak mau kalah. "Ambil gih.. Dianya juga belum tentu mau sama kamu.." aku mencibirkan bibirku. "Udah.. serius nih... Weekend ini kita disuruh temenin dia jalan-jalan soalnya kakakku ada tugas di luar kota." "Oke, aku juga free koo.." jawabku senang. "Ngomong-ngomong, siapa namanya? Tau nggak?" "Sarah". Jawaban Stanley langsung membuat suasana hatiku kacau.
Sarah... Mungkinkah Sarah yang itu? Aku melirik Stanley. Ia tampak biasa saja, sibuk mengunyah makanan di mulutnya yang penuh itu sambil sesekali bersenandung.

1 comment:

  1. Kurang deskripsi/narasi sehingga gw ga percaya kalo Bianca lagi bener-bener di Sidney. Dan perasaaan Bianca juga kurang digali. Kurang dalem.

    Inget, ini cerita cinta. Harus bisa bikin perasaan pembaca teraduk-aduk. Nangis bombay. Maki-maki. Dlsgb..

    Cheers, can wait the the sequel :)

    ReplyDelete