4/22/11

Part 12

"Ca, maafkan aku.." ucap Rosa sesaat sebelum aku hendak masuk ke bagian imigrasi. Aku tersenyum kecil.
"Aku mengerti Sa... Kamu dalam posisi yang sulit." 
"Ca.. kamu masih sahabatku kan?" ia meraih tanganku dan menggenggamnya erat.
Aku mengangguk. "Tentu Sa.. tapi beri aku waktu dulu ya.. Aku ingin melupakan semua ini..."
Rosa mengangguk dan memelukku sebelum akhirnya kami berpisah. Kupandangi awan-awan putih yang menutupi bumi dari balik jendela pesawat. Percakapanku di mobil dengan Rosa tadi masih terngiang jelas di benakku.

"Sudah berapa lama, Sa?" tanyaku getir.
Rosa diam sebentar, seolah bimbang haruskah ia berkata jujur atau haruskah ia membela kakaknya.
"Kita sahabat, kan?" desakku.
"Paling hanya dua minggu, Ca.. Kakakku tidak pernah serius dengan mereka.." jawab Rosa akhirnya.
"Mereka?" aku tersentak kaget.
Rosa jadi gelagapan. "Maksudku.. bukan begitu..." ia lalu memukul setirnya kesal.
"Baiklah, aku katakan sejujurnya Ca.. Aku pikir kamu berhak tahu semuanya." Rosa berhenti sesaat, menunggu reaksiku. aku diam, membiarkannya melanjukan kalimatnya.

"Seumur hidupnya, selain dirimu, ia hanya mencintai satu orang perempuan lagi. Namanya Sarah. Mereka sudah berpacaran cukup lama ketika kakaku tahu kalau Sarah ternyata sudah hampir menikah dengan orang lain. Kakakku hanya dijadikan pacar gelapnya. Kakakku pun tidak tahu apakah Sarah pernah benar-benar mencintainya seperti ia pernah mencintai perempuan itu.Sarah meninggalkannya begitu saja. Ia hampir jadi gila saat itu. Semenjak itulah ia berubah." Rosa berhenti sesaat.
"Ia terus mempermainkan perempuan. Ia memacari mereka, meniduri mereka lalu meninggalkannya begitu saja. Ia ingin menyakiti selayaknya ia pernah disakiti. Baginya cinta sejati itu tidak pernah ada.." 
Aku tertegun. Ternyata ada begitu banyak tentang Jason yang tidak pernah aku tahu. Apakah karena aku takut kehilangan dirinya sehingga aku tidak pernah bertanya tentang masa lalunya... Apakah ini salahku semata?

"Ia berubah sewaktu ia berkenalan denganmu. Ia benar-benar jatuh cinta lagi... Tapi ia takut.. Ia pernah berjanji untuk tidak jatuh cinta lagi.. lagi pula perkenalan kalian terlalu cepat...."

Jadi itu sebabnya ia sempat menolak pertunangan kami.. Itulah juga sebabnya ia pernah mengatakan padaku, "Aku suka cewek yang bisa membuatku jatuh cinta..". Aku telah membuatnya jatuh cinta, sesuatu yang ia benci..

"Kalau ia memang mencintaiku, kenapa ia melakukan ini padaku?" tanyaku pilu. 
Rosa menghela napasnya. "Kamu tahu kenapa ia ingin bersikeras tetap di Sidney? karena ia belum siap dengan komitmen.. karena ia takut ia berharap terlalu banyak darimu... Terlalu banyak pertimbngan yang membuatnya memilih untuk berpisah sementara darimu.. Ia telah mencoba sebisa mungkin untuk setia padamu namun.." Rosa terdiam sesaat. "Ia masih tidak bisa lepas dari bayang-bayang Sarah. Terutama belum lama ini seorang teman lama kembali menghubungi dia.. Mengungkit Sarah lagi.. dan ternyata Sarah mengetahui pertunangan denganmu.. Aku tidak begitu tahu apa yang mereka bicarakan tapi yang pasti emosi Jason langsung jadi labil... Ia kembali seperti dulu..."

"Kalau ia merasa belum pasti dan belum  bisa melepas kehidupan lamanya, kenapa ia tetap mau bertunangan denganku?" potongku.
Rosa membalas tatapan mataku. "karena di sisi lain, ia tidak mau kehilanganmu... karena jauh di lubuk hatinya, ia masih percaya kalau Tuhan memberikannya untuknya.. Itulah sebabnya ia terus berupaya terlihat seperti Jason yang kamu dulu kenal sekalip.." 
"Tidak usah diteruskan.." Aku membuang mukaku, menggigit bibirku sendiri.. Mengapa aku merasa ini semua tidak begitu adil bagiku.. aku tidak ingin mendengar apa-apa lagi..

Rosa meremas tanganku lembut. "Beri Jason waktu.. Hanya itu yang ia butuhkan... Aku tahu, ia memilihmu lebih daripada Sarah walau ia sendiri tidak menyadarinya.."
Aku terus diam seribu bahasa. Bagiku semuanya sudah jelas. Terlalu jelas sehingga hati ini begitu sakit rasanya...


0 komentar:

Post a Comment