Semenjak kuliahku selesai, aku tidak melakukan banyak hal selain membantu papa sedikit-sedikit perusahaannya. Sebenarnya Jason akan pulang saat wisudaku nanti, ia sudah berjanji..
Namun aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya karena wisudaku masih dua bulan lagi. Saat kau merindukan seseorang, dua bulan bisa jadi seperti penantian tanpa batas. Maka kuberanikan diriku untuk meminta ijin ke Sidney.
"Sudah tidak sabar mau ketemu calon suami yah?" ledek papa waktu aku mengutarakan niatku.
"Ah papa.. kayak nggak pernah pacaran aja.." ucapku manja.
"Papa nggak ada alasan melarangmu. Kamu pesan saja tiketnya.."
"Beneran pa?" ucapku girang.
"Kalau perlu pesan saja untuk dua bulan jadi kamu balik ke Jakarta-nya sama-sama dia" tambah mama lagi.
"Aduh, mama memang mama yang paling baik sedunia..." aku memeluk mama erat-erat.
"Oh ya, aku mau bikin surprise loh buat Jason dan Rosa, jadi mama dan papa jangan sampai keceplosan yah.." tambahku lagi.
Papa dan mama hanya tertawa melihat sikapku yang kekanak-kanakan itu...
Kupandangi refleksi wajahku di cermin. aku tersenyum puas melihat penampilanku. Kusisir rambutku yang sudah tumbuh panjang sekarang. Aku teringat Jason pernah bilang bahwa aku lebih cantik bila rambutku panjang. Mungkin itulah alasannya mengapa aku tidak pernah memotong rambutku.
Aku tersenyum membayangkan dirinya melihatku sekarang. Aku tersenyum membayangkan perjumpaan kami sebentar lagi, melihat ekpresi terkejut di wajah tampannya.. Kubayangkan juga hari-hari yang akan aku lewati dengannya, menyusuri tempat-tempat indah yang selama ini selalu ia ceritakan padaku... Kurapihkan diriku lagi sebelum keluar dari kamar kecil itu. Kulangkahkan kakiku dengan mantap.
"Sidney, say hi to me..." pekikku girang dalam hati. Aku memandang bangunan tinggi yang menjulang di hadapanku. Taksi akan mengantarku sudah berlalu dari tadi. Kulihat lagi kertas bertuliskan alamat apartment Jason dan Rosa. Memang benar ini yang aku cari. Ketika aku hendak menekan intercom apartment mereka, kulihat sepasang suami istri berjalan dari pintu utama. Lalu ide iseng muncul di benakku. Sbelum pintu itu tertutup, aku buru-buru menyelinap masuk..
"Kalau aku langsung muncul di depan pintunya lebih mengejutkan lagi.." pikirku nakal. Kutekan tombol lift yang sesaat kemudian mengantarku ke lantai teratas dari bangunan tersebut.
Sewaktu aku mengetuk pintu itu, aku merasa jantungku yang justru terketuk. Lama tak dengar jawaban. "Mungkin mereka masih tidur.." aku melirik jam tanganku yang menunjukkan jam sembilan pagi lewat sedikit.
Hari ini hari minggu jadi wajar saja kalau mereka bangun agak siang. Kucoba lagi mengetuk pintu itu, agak lebih keras kali ini... Tak lama, Rosa membuka pintu itu, masih dengan pakaian tidur dan rambut yang agak berantakan. Matanya terbelalak ketika melihatku.
0 komentar:
Post a Comment