4/22/11

Part 7

Rosa adalah adik Jason yang juga tinggal di Sidney. Aku hanya pernah melihat fotonya di foto keluarga yang dipajang di rumah mereka. Rosa adalah satu-satunya saudara yang dimiliki Jason. Setidaknya ia masih lebih baik dariku yang hanya sendirian. Sejujurnya, aku sangat mengharapkan memiliki seorang saudara perempuan dan aku berharap Rosa bisa menerimaku.
Ketika bertemu dengan Rosa di airport, ia ternyata jauh lebih cantik dari yang di foto. Tidak seperti yang kubayangkan, anaknya lincah dan enerjik, membuat suasana di sekitarnya selalu meriah. Sebentar saja aku sudah akrab dengan Rosa. Banyak kecocokan di antara kami walaupun dia lebih kecil sekitar empat tahun dariku.

"Wahhh. kalian deg-degan enggak nih besok sudah mau tunangan?" goda Rosa saat kami makan malam bertiga. Sebenarnya Rosa ingin aku melewatkan malam tersebut hanya berdua dengan kakaknya namun aku yang memaksanya ikut.
"Bukan deg-degan tapi sedih, Sa.." jawabku.
"Sedih?" tanya Jason kaget, membuatku dan Rosa tersenyum geli.
"Gimana nggak sedih? mana ada orang yang baru tunangan dua hari langsung ditinggal?" sahut Rosa seperti bisa membaca pikiranku.

"Ohh..aku ke Sidney kan bukan buat selamanya..."
"Kenapa sih kamu enggak batalin tawaran kerja di Sidney dan kerja sama papa aja?" aku agak sedikit terkejut dengan pertanyaan Rosa yang agak blak-blakan walaupun pertanyaan itu pernah juga terlintas dalam pikiranku.

Jason terdiam sebentar. "Aku kan sudah bilang alasannya.."
"Tapi itu sebelum kamu bertemu Bianca kan?"
"Prinsipku itu tidak bisa diubah.." dari nada bicara tersirat Jason tidak ingin melanjutkan percakapan itu.
Rosa menghela nafasnya dan menatapku. "Ca, kamu harus awasin bener-bener kakakku ini... Hati-hati, cewek yang ngejer dia ada sgudang.." candanya.
"Harusnya aku minta tolong kamu, Sa... kan kamu yang bisa ngawasin dia nanti..." balasku sambil tertawa kecil. Rosa lalu melirik ke arah Jason. "I'll try to my best.. we'll see.."
Entah mengapa aku merasa ada yang ganjil dengan ucapan Rosa tapi aku tidak terlalu memperhatikannya. Pikiranku sendiri berkecamuk dengan pertunanganku besok.

"Ca.." Jason membuyarkan lamunanku. "Mikirin besok yah?" sambungnya lembut. Aku mengangguk. Rosa memegang tanganku dan menggenggamnya erat.
"Everything will be fine.. Relax.." Jason mengangguk setuju dengan perkataan adiknya.
Lalu tiba-tiba kulihat Jason memberikan isyarat kepada seseorang, menyuruhnya untuk datang ke meja kami. Aku berpaling melihat siapa orang tersebut. Ternyata seorang pemain bola. Ia menghampiri kami dan mulai memainkan lagu. Lagu yang sangat indah, sebuah lagu klasik yang begitu akrab di telingaku, Moonlight Sonata... Jason tahu aku suka memainkan lagu itu dengan piano kesayanganku... Wajahku langsung bersemu merah, benar-benar kikuk rasanya berada dalam keadaan seperti itu. Aku mencari-cari Rosa, berupaya untuk tidak menatap Jason.. Namun tampaknya Rosa sengaja menghilang saat itu, membiarkan diriku hanya berduaan dengan Jason. Aku melihat orang-orang di sekeliling restoran itu menatapku untuk menoleh ke arah Jason. Ia memang sedang menungguku menatapnya. Ia tersenyum simpul, sedikit terlihat menahan tawa melihat sikapku yang malu-malu itu... Ia lalu mengulurkan tangannya, mengajakku berdansa. Aku menatapnya terkejut. Aku ingin menolak namun aku tahu berpasang-pasang mata sedang memperhatikan kami saat itu. akhirnya aku sambut uluran tangannya dan kami beranjak ke lantai dansa.
Musik terus mengalun, samar-samar menutupi bunyi detak jantungku. Ia mendekap tubuhku erat, tubuh kami pun bersatu, bergerak perlahan... terbawa suasana.. Beberapa pasangan juga mulai turun dan mulai berdansa. Aku tersenyum, merasa agak rileks. Aku menopangkan daguku di bahunya. Kudengar ia berbisik pelan, "Terima Kasih.." lalu ia mencium telingaku lembut. Hanya dua kata yang singkat namun membuatku merasa begitu di hargai, begitu dipuja.. dan di atas segalanya, begitu dicintai...
Aku merenggangkan pelukanku. Kuberanikan diriku untuk menatapnya. Lalu kaki kami sama-sama terhenti. Kami berdua mematung di tengah-tengah pasangan-pasangan lain yang sedang berdansa. Kami berdua bertatapan cukup lama saat itu. Melihat tatapan matanya yang begitu dalam dan hangat aku yakin aku adalah gadis yang paling beruntung di dunia ini. Aku percaya, keputusanku untuk menerima pertunangan ini tak akan pernah kusesali.



1 comment:

  1. Ergh... Seorang pemain BOLA memainkan musik klasik? Mungkin maksudnya pemain biola, ya?
    Hehe...

    ReplyDelete